Selasa, 24 April 2012

Gaji Joki drag bike setara manajer

Gaji Joki drag bike setara manajer



Drag Race Gaji  Joki  Loncat  Drag Bike Setara Manajer

Rahmat Kate
 Incar-mengincar pembalap oleh tim-tim rupanya bukan hanya terjadi di ajang MotoGP. Di gelaran drag bike/skutik, bursa joki balap motor trek lurus ini juga marak. Bedanya, perekrutan joki dilakukan satu-dua minggu menjelang event.

Handphone pun berdering untuk mengkonfirmasi kesanggupan dan dealing joki yang nilainya bisa tembus Rp 5 juta untuk satu kelas. Padahal seorang joki papan atas nyaris tak hanya berlaga di 1 kelas.

Maka tak aneh mereka mampu menggondol rupiah rata-rata 5 sampai 10 juta tiap kali event. Jika sebulan saja bisa ada 2 event, ‘gaji’ bulanan mereka pun setara manajer sebuah bank swasta. Nah, siapa saja mereka? Berikut beberapa joki yang tengah jadi incaran. 

TOLAK KONTRAK

Sebut saja Amir Ceria. Meski sehari-hari mengaku nongkrong di bengkel 35 Workshop di Ciganjur, Jaksel, tetapi di balapan, ia bukan cuma bawa bendera 35 Workshop. Itu kenapa namanya bisa tercantum sebagai drag biker tim lain dalam starting list di kelas berbeda.

Jadi, enggak heran jika selepas finish di satu kelas, ia sudah siap-siap membawa motor dari tim lain di kelas berbeda. “Kalau mau deket event, emang banyak yang nawarin untuk bawa motor,” akunya.

Dalam perekrutan joki ini berlaku sistem kontrak satu tahun atau order per event. Amir sendiri lebih senang bertarung sebagai joki freelance yang join untuk satu event. Selain lebih bebas juga memungkinkan mengumpulkan pundi-pundi rupiah lebih besar. Tarif yang dipatok cukup rasional, yakni Rp 300 ribu per kelas. Sementara hadiah uang yang berhasil diraih dibagi dua dengan tim.

Selain Amir, nama lain yang sudah cukup lama beraksi di drag bike yakni Suhartono. Dijamin, penggiat drag bike Jakarta enggak semua tahu namanya. Tetapi kalau sebut Achonk, panggilan tenarnya, orang-orang di komunitas ini pasti enggak asing lagi.

Kelahiran 1987 ini termasuk ahli dalam ngocok gas matik. Enggak heran, dalam satu gelaran ia bisa tercantum sebagai joki untuk tiga tim sekaligus. Bagusnya kalau order nge-drag datang dari tim-tim dengan kelas berbeda. Tapi dia mengaku repot kalau tawaran datang dari kelas yang sama. “Waduh bingung deh, kadang emang suka bentrok. Kadang ada tiga tim di kelas yang sama nawarin,” tutur Achonk. 

Menurut joki asal Bekasi, Jabar ini, maraknya event  membuat daya tawar joki lebih tinggi daripada tim peminat. Sehingga joki lebih punya kebebasan memilih untuk tim mana akan berlomba. Kalau sudah begitu, joki bisa memilih motor yang dianggapnya paling kencang. “Sedikit banyak tahu motor-motor mana aja yang kencang, kadang balapan pakai motor ini, di lain waktu kita melawan motor yang pernah kita naikin,” aku joki yang pernah mendapat uang start Rp 1,5 juta untuk satu kelas.

Eko Kodok

Amir Ceria

Dani Tilil

Achonk
Meski demikian, lanjutnya, unsur kekeluargaan juga berlaku dalam komunitas drag bike. Ini membuat para joki enggak bisa semena-mena menentukan tarif. Maklum, tiap joki umumnya dibesarkan oleh tim.

Salah satu bintang drag skutik lainnya yakni Dani Tilil. Masih terhitung famili dengan Haji Khairil dari tim SKM, Jakarta, tapi ia biasa melompat ke tim lainnya. “Joki memang bisa loncat-loncat karena enggak ada hubungan. Kecuali kontrak,” terangnya.

Untuk satu kelas, nilai tertinggi yang pernah ia raih Rp 600 ribu. Adapun start money yang biasa diterima Dani sekitar Rp 250 ribu per kelas. Itu belum bonus plus hadiah dari tiap kemenangan. Mungkin enggak begitu heboh dibanding nilai tertinggi yang didapat joki lainnya. Tapi nanti dulu, ia pernah start untuk 11 kelas di 1 event! Gila kan?

Namun laju Amir dan Dani di kelas skutik enggak mudah. Soalnya ada Rahmat Kate yang juga salah satu bintang drag matik. Unjuk gigi di tiga kelas sekaligus; 155, 200 dan FFA 350 cc sudah  lumrah bagi joki berdarah Sumut ini. Untuk timnya, dengan motor bebek dan sport, ia bisa bertarung untuk lima tim sekaligus. “Kalau ada kelas yang belum diikutin joki, biasanya tim cepet-cepet nelpon,” akunya.

Mirip Dani Tilil, nilai tertinggi yang pernah diraihnya mencapai Rp 600 ribu untuk satu kelas. Namun ia enggak melulu bicara uang. Lantaran faktor motor jadi yang utama. “Buat apa bayar mahal kalo motornya enggak enak,” lanjut Rahmat.

Nama lainnya untuk bursa ‘joki loncat’ drag bike ada Ute Cuter. Dari sekian banyak joki, ia salah satu yang tengah menyusup ke jajaran papan atas. Membesut skutik dari tahun lalu, ia kian mantap mencetak waktu tercepat. Menurut joki tim Alyamin ini, ia berhasil mencetak 0,4 detik lebih cepat dari dua joki lainnya dengan motor yang sama.

Ute Cuter
Selanjutnya, dari wilayah berbeda nama Eko Chodox sudah membahana di kejuaraan drag bike Tanah Air. Maklum, prestasi joki asal Semarang, Jateng ini dinilai konstan dari waktu ke waktu. Enggak heran,  sampai 2010 ini masuk tahun ke-5 dikontrak oleh tim Alifka Racing (Yogyakarta). “Dari dulu timnya sama, cuma namanya aja yang ganti-ganti,” aku Kodok, sapaan tenarnya.

Meski demikian, untuk event tertentu ia masih bisa membesut motor untuk tim lain. “Alifka enggak punya matik. Selain itu, masih boleh bawa motor di kelas yang enggak menjadi lawan langsung tim Alifka,” akunya.

Jangan tanya berapa start money untuk Kodok. Lantaran untuk satu kelas ia pernah dibayar Rp 5 juta pada 2009 lalu di Manado. Enggak heran, dari penghasilannya selama di drag bike, sebuah Suzuki Baleno keluaran 2001 sudah berada dalam genggamannya.

Menurut Arya Seta, personel tim Harry Motor, bursa joki drag skutik ini diawali dari omongan antarbos tim. “Tanya kelas apa yang kosong, kalau dapet izin, baru oke,” ujarnya.

Adapun salah satu sebab munculnya ‘joki loncat’ karena umumnya peserta drag skutik adalah tim-tim privateer. Dana merupakan salah satu kendala untuk mengontrak pembalap. Lantas, apakah ada perasaan ditinggal jika joki andalannya memilih tim lain dengan start money menggiurkan? “Ya, pastinya ada perasaan ditinggal. Tapi kalau motor kita kencang, mereka pasti akan balik lagi,” ujar Arif Sigit Wibowo, bos tim Pells asal Solo yang mengaku enggak pernah memberi start money buat joki-joki di timnya. Wah?


Read more: http://infobalapliarjakarta.blogspot.com/2012/01/gaji-joki-drag-bike-setara-manajer.html#ixzz1t752kiRj

DRAG BIKE, Umur Minimal 13 tahun?

DRAG BIKE, Umur Minimal 13 tahun?

Masuknya kelas skutik dalam kurun waktu 2 tahun belakangan ini di drag bike membuat era baru pada balapan tersebut. Salah satu perubahan yang cukup besar adalah soal banyaknya joki-joki kecil nan mungil yang dipakai untuk memperkuat sebuah tim drag bike.

Tidak Tega
Alasannya cukup sederhana, dengan joki-joki bertubuh enteng plus motor berangka aluminium akan membuat skutik melesat cepat sampai garis finis. Tak ayal nama-nama seperti Hambali, Imam Ceper, M. Ramzi, Tony Cupank dan Hendra Kecil kerap mengisi podium kelas skutik.

Maraknya joki-joki mungil di Tanah Air sebenarnya juga imbas dari Thailand. Namun itu berangsur ditinggalkan, dengan alasan pemenang drag bike di sana akhirnya hanya didominasi 1 atau 2 orang saja.

Ketika drag bike semakin ramai, ada wacana bahwa balapan tersebut akan dimasukkan ke dalam kalender kejurnas PP IMI. Dengan wacana tersebut selain melanjutkan penerapan aturan bobot (110 kg untuk kelas sport dan 100 kg untuk bebek juga skutik), rencananya juga akan dimasukkan regulasi batasan umur joki drag bike.

“Kalau memang jadi masuk kalender kejurnas, kita akan coba merumuskan kembali aturan yang baku buat balapan tersebut. Salah satu aturan yang penting untuk diterapkan adalah soal batasan umur,” jelas Bambang Gunardi, biro olahraga PP IMI.

Rencananya joki-joki yang boleh ikut drag bike, umurnya dibatasi minimal 13 tahun. Hal tersebut tentunya berbeda dengan aturan balap road race kelas MP6, dimana umur pembalap hanya dibatasi maksimal 14 tahun.

Batasan umur perlu dilakukan, karena tingkat emosional anak-anak di bawah umur 13 tahun dinilai belum cukup untuk betot gas di drag bike. “Umur 10 tahun saja dan si anak sudah bisa naik motor sehari-hari, rasanya belum cukup umur buat jadi joki drag bike. Sebagai orang tua, juga enggak tega melihat anaknya yang masih belia mesti ikut balapan yang saat ini kompetisinya cukup bikin deg-degan,” aku Hendra Likun, orang tua joki drag Hendra dan Hendri Kecil.

Likun setuju dengan penetapan batas minimum untuk joki drag. Namun Bambang ‘Kapten’ Haribowo memilih untuk enggak setuju dengan aturan tersebut. “Drag bike merupakan balapan priofesional, kenapa mesti diatur-atur soal minimum umur jokinya. Kalau seperti itu, bisa-bisa balapan tersebut enggak akan berkembang,” kata pria yang duduk sebagai di biro olahraga IMI Jatim.

Hal senada juga dibilang pelaku drag bike seperti Denny Helen. Menurutnya di road race saja batasan umur pemulanya pakai ukuran maksimum 14 tahun sehingga banyak pembalap yang umurnya masih muda jadi ikutan. Enggak fair rasanya bila road race bisa diikuti pembalap muda, sementara drag bike enggak boleh.

Bila drag bike Tanah Air kiblatnya ke Thailand, maka aturan minimal umur enggak perlu diberlakukan. Pasalnya menurut Pop Taladnoi enggak ada aturan mengenai batasan umur di drag bike Thailand. “Aturan disini hanya berkutat pada bobot dan mesin saja. Drag bike salah satu olahraga otomotif yang dimininati kalangan bawah sampai atas. Bila digelontorkan regulasi minimum umur joki, dikhawatirkan akan membuat makin susah cari joki drag bike,” jelas pria yang jadi penasihat teknik tim TDR Racing saat berlaga di event drag bike Thailand.

Memang apa yang dikatakan Pop cukup beralasan. Pasalnya di Thailand enggak ada sistem join motor, jadi 1 joki untuk 1 motor. Sehingga dibutuhkan regenerasi joki yang cukup cepat. Pro kontra atas rencana pembelakuan sebuah aturan di balap nasional, sudah sering terjadi. Namun bila dilihat kebutuhannya, dengan diberlakukannya aturan minimum bobot oleh penyelenggara drag bike sudah bergeser keperluan untuk memiliki joki muda bertubuh enteng.

Lagian coba dilihat lagi, Hendra Kecil yang jadi buruan banyak orang buat jadi joki tim mereka umurnya sudah 13 tahun. Jadi seharusnya bukan sebuah masalah bila ada aturan minimal umur joki drag bike 13 tahun. Asal pemberlakukan aturannya disosialisasikan dan enggak dadakan. (otosport.co.id)

Anak Jadi Joki Andalan di Drag Bike

Anak Jadi Joki Andalan di Drag Bike


Pertimbangkan kemungkinan terburuk 
Tahun ini peserta drag bike bukan cuma diikuti dragbiker yang usianya di atas ABG. Tapi, anak-anak yang di bawah umur 15 tahun pun ikutan turun. Enggak tanggung, bocah belasan tahun ngegas kelas matik FFA. Bahkan, ada yang sekali turun di lima kelas.

Tuh, bukti kalau drag bike mulai disemuti peserta tanpa batas usia. Contohnya seperti Hendra dan Hendri Kecil yang prestasinya bisa dikasih jempol. “Saya pilih Hendra karena bobotnya. Hendra beratnya 27 kg. Kalau ditambah motor paling berat jadi 90 kg,” jelas Utomo, pemilik tim papan atas Tomo Speed Shop.

Tomo, panggilan akrab Utomo, enggak cuma mengandalkan bobot Hendra Kecil yang ringan. Tapi, Hendra punya teknik bagus untuk ngegas Matik FFA. “Enggak asal pilih pembalap anak-anak. Hendra punya dasar balap bagus. Dia sejak kecil latihan motocross,” ujar Tomo.

Meski Hendra sudah terbiasa mengendalikan special engine (SE), tapi Tomo memberikan dasar-dasar ngegas skubek drag. Paling penting start dan mengendalikan motor setelah start. “Pastinya anak-anak jauh lebih enteng. Tapi, ada masalahnya kalau mendadak motor trouble. Bisa enggak dikendalikan. Apalagi, torsi dan kecepatan FFA gede banget,” ujar Benny Rachmawan dari PT Mitra Lestari Motorindo (MLM), Jakarta.

MLM sponsor utama drag bike TDR yang punya beberapa seri semenjak dua tahun ini. Benny memandang banyaknya peserta anak-anak di drag bike sebagai sinyal. Tanda ada yang mesti diatur ulang di drag bike. Ini demi masa depan balapan trek lurus yang semakin diminati.

“Tahun depan drag bike TDR mungkin akan dibikin kelas anak-anak. Maksimal usia dan spesifikasi motor,” urai Benny yang berkantor di Lodan, Jakarta Utara.

Tuh, kelas anak-anak di drag bike. Seperti di road race MP5-MP6 yang ditelurkan untuk MotoPrix. Pesertanya maksimal usia 16 tahun. Spesifikasi tunggangannya sedikit atau minium ubahan. 

“Iya. Anak-anak punya batasan fisik. Juga demi faktor keselamatan jauh lebih penting. Bagusnya drag bike jadi punya perjenjangan,” kata Toddy Andries,  pengagas kejurnas drag bike.  (motorplus-online.com)